Pakah sahabat brainy pernah
mendengar terapi botox untuk menangani kasus kejang separuh wajah (Hemifacial
Spasm)? Banyak pasien Comprehensive Brain Spine Center yang
menjadikan botoks sebagai short gateaway untuk meredakan kedutan separuh
wajah mereka. Apa sebetulnya botox dan apakah botoks mamang betul bisa
digunakan untuk menyembuhkan hemifacial spasm? Mari kita simak wawancara kami
dengan salah satu dokter Comprehensive Brain Spine Center, dr. Gigih
Pramono, Sp. BS di Manyar Medical Center pada 9 Agustus 2019.
Botox adalah kependekan dari Botulinum
Toxin yang artinya racun Botulinum. Racun ini berasal dari bakteri yang
ditemukan pada tahun 1895 oleh Profesor Emile Pierre Van Ermengem dari Belgia,
yaitu bakteri Bacillus botulinus . Oleh para ahli sesudah Ermengem, bakteri ini
kemudian diberi nama Clostridium botulinum . Ahli pangan tentu mengenal baik
bakteri ini karena sering terdapat dalam makanan daging-dagingan dan sayuran.
Belakangan, racun ini dinamai tersendiri menjadi botulinum toxin type A atau
Botox untuk membedakannya dengan toksin B hingga toksin F.
Botox bekerja dengan cara menghambat aliran saraf pada pertemuan antara ujung saraf tepi dan otot (neuromuscularjunction). Zat penghantar saraf (acethylcholine) yang bertugas untuk menghantar rangsang saraf diblok oleh botox sehingga tidak terjadi aliran saraf dari ujung saraf tepi menuju otot. Akibatnya otot yang terpengaruh tidak mampu lagi untuk berkontraksi. Namun demikian, efek yang ditimbulkan oleh botox ini hanya bersifat sementara.
Awalnya, Botox digunakan dalam bidang kesehatan untuk menyembuhkan mata juling dan beberapa penyakit saraf lain. Dalam perkembangannya botox lebih banyak digunakan dalam bidang kosmetik, utamanya dalam terapi penundaan ketuaan maupun penghilang kerutan di wajah. Botox juga digunakan sebagai terapi pada kasus "kejang separuh wajah" (Hemifacial spasm / HFS).
Botox digemari karena praktis. Cukup menyuntikkan larutan Botox ke beberapa titik wajah yang ingin diterapi dengan bantuan tabung suntik berjarum superkecil. Satu tabung suntik larutan diistilahkan 1 unit. Setiap satu titik wajah biasanya membutuhkan 2-4 unit, tergantung kebutuhan. Karena tanpa bius, disuntik Botox rasanya seperti digigit semut, namun akan hilang dalam hitungan detik.
Pada kasus kejang separuh wajah (HFS), botox digunakan sebagai terapi dalam hal menghilangkan kontraksi otot-otot wajah yang terpengaruh. Botox disuntikkan pada satu atau lebih tempat pada wajah. Beberapa tempat pada wajah yang sering dilakukan penyuntikan botox yaitu, daerah kelopak mata, daerah pipi atau sedikit dibawah pipi. Pada kasus-kasus HFS yang lebih ekstrem penyuntikan juga dilakukan di daerah dahi maupun leher. Meskipun hanya dibutuhkan dosis kecil untuk efektifitas terapi, efek yang didapatkan hanya bersifat sementara, sehingga diperlukan penyuntikan secara periodik setiap 3 atau 6 bulan sekali. Efektifitas dari terapi botox akan menurun bila digunakan selama beberapa tahun karena tubuh akan memproduksi zat antibodi.
Beberapa efek samping yang bisa segera dilihat dari terapi botox yaitu, kelopak mata "jatuh", mata kering, kehilangan fungsi beberapa otot wajah sehingga tampak tidak simetris. Efek samping penggunaan botox jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan saraf wajah maupun perubahan struktur neuromuscularjunction yang pada akhirnya membuat otot mengecil (atrophy).
Adanya perubahan struktur (motor end plate) akibat penyuntikan botox pada kasus
HFS menyebabkan pasien HFS yang habis menjalani suntik botox tidak bisa segera
menjalani operasi MVD (Microvascular Decompression) sebagai satu-satunya terapi
untuk HFS (Sumber : Hemifacial Spasm Association, Medical Advisory Board
10/08/01). Setidaknya dibutuhkan waktu 9-10 bulan untuk pertumbuhan motor end
plate yang baru, setelah itu baru bisa dikerjakan operasi MVD.
Comprehensive Brain Spine Center memahami
dengan baik kebutuhan pelayanan bedah saraf secara personal dengan fasilitas
tehnologi kedokteran canggih dan sentuhan budaya lokal yang ramah. Dengan tim
dokter yaitu dr. M. Sofyanto, Sp.BS, dr. Gigih Pramono, Sp.BS, dr. Agus Anab,
SP.BS, dr. Budi Setiawan, Sp.BS, dr. Bambang Kusnardi, Sp.S yang berpraktik di
National Hospital, Manyar Medical Center Surabaya, dan Persada Hospital Malang.
Kunjungi Instagram dan youtube kami di @brainspineid